Feeds:
Posts
Comments

Archive for July 31st, 2010

Mocca Macaron


Mocca Macaroon


Macaroon… sudah sejak lama aku tergoda dengan bentukannya yang cantik, menggoda. Pertama kali melihat bentukan sandwich berbentuk lingkaran yang sexy menjadi hiasan sebuah cake hantaran yang cantik memikat di sebuah cover buletin produk cake mix, bersanding dengan hiasan coklat yang sudah sering aku lihat. Aku pikir seperti juga dengan lady fingers, “cookies” ini bisa dibeli di swalayan terkemuka.

Entah bagaimana, akhirnya aku mengidentifikasi bahwa gambar cookies nangkring di atas cake yang bikin aku kesengsem itu adalah Macaroon, berbulan bulan setelahnya. Beberapa posting mbak Arfi dalam sebuah milist yang kebetulan ku ikuti membawaku untuk mengenal lebih penganan satu ini.Komentar-komentar member lain, hasil googling mengesankan bahwa mahluk satu ini susah banget ditaklukkan.

Keingintahuan yang menggelitik membawaku berselancar di dunia maya dan mulai mengenal nama-nama tenar dalam dunia Macaroon, sebut saja Ladurée , Pierre Herme , dan belakangan Helen yang terkenal dengan “Helen Tarlette” yang awalnya kupikir Tarlette adalah last name dari Helen, ternyata Tarlette adalah nama site yang ia miliki di dunia maya! 😀 . Nama Helen Tarlette ternyata jauh lebih populer dari nama sesungguhnya : Helen Durjadin 😀

Macaroon adalah ide kreatif original dari Pierre Desfontaines yang diperkenalkan oleh Ladurée pemilik sebuah bakery di Rue Royale Paris Perancis pada tahun 1930. Pierre Desfontaines sendiri adalah cucu dari Ladurée.
Hanya kalangan terbatas para bangsawan yang bisa menikmati penganan satu ini membuatnya menjadi penganan yang menjadi buah bibir. Kemudian Macaroon dibawa ke Italy oleh Queen Catherine de’ Medici. Dan menjadi obyek “riset” para bakers… Macaroon menjadi terkenal di seantero eropa dan kemudian merambah benua lain.
Jiah…

Macaroon berhasil memikat banyak orang, termasuk diriku 😉 Dan membuat orang begitu curious akan penganan satu ini yang bisa tampil memikat dalam berbagai macam variasi warna shell dan rasa fillingnya.
Awalnya, resep dan pembuatan macaroon adalah rahasia yang ditutup rapat dan semakin menambah kepopulerannya. Berbagai macam upaya dilakukan, dan begitu banyak kegagalan kegagalan ditemui oleh para penggemar yang punya keingintahuan tinggi yang ingin membuatnya.

Semakin aku berkelana dan membaca kisah kisah kegagalan para bakers, semakin menekan nyaliku. Namun, tetep saja meninggalkan urat syaraf yang tergoda untuk mencoba membuatnya.
“Macaroon”
, membaca kata ini membuat seluruh inderaku tergelitik 😀

Beberapa tahun kemudian, aku bergabung dengan KBB (Klub Berani Baking) dan sungguh, surat cintanya kali ini bikin jantungku berdebar kencang.. It’s French Macaroon ! Jika selama ini aku hanya membayang bayangkan saja, maka kali ini di saat kami mau berlibur panjang ke Bali, Surabaya dan Jakarta! Oh My GOD tantangan yang diajukan bener-bener MACAROON!!!! Glodak…….!!

Hatiku bener-bener kacau, berdebar debar cemas – kali ini aku bener-bener menganggap e-mail KBB#18 adalah surat cinta!! yang bikin hatiku kacau balau tak keruan, penuh debar antara keingintahuan, cemas, senang, bersemangat, semuanya bercampur jadi satu 😀

Aku memutuskan akan mencobanya sepulang kami libur panjang dan sambil menunggu waktu yang tepat untuk “berlaga” aku mengumpulkan bacaan dari beberapa sumber dan menjelajah dunia maya sekedar menambah wawasan tentang penganan satu ini, berkelana ke toko online Ladurée , ke site yang kuperoleh dari member KBB lain , dan berbagai bahan bacaan dan gambar yang membuatku mabuk kepayang hahaha

Dari sinilah aku mengenal adanya dua teknik pembuatan macaroon yang berbeda, Italian Meringue Method dan uncooked Meringue Method. Aku memutuskan untuk menggunakan uncooked meringue method lebih karena alasan provokasi mbak Arfi yang selalu merekomendasikan resep Helen Tarlette di semua posting mbak Arfi tentang Macaroon.

Mocca French Macaroon

Setelah membaca banyak posting Helen tentang macaron dan membaca artikel tulisan Helen tentang Macaron di sebuah Dessert Magazine , aku memutuskan menggunakan resep Helen yang satu ini :

French Macaroon

100 gr putih telur (kurleb dari 3 butir telur)
30 gr gula castor
200 gr gula bubuk
110 gr almonds bubuk

Dari berkelana ke banyak tulisan Helen, serta membandingkannya, ku dapati jumlah gula castor di resep resepnya bervariasi antara 25 sd 50 gram, putih telur bervariasi antara 90 sd 100 gr dan untuk almond bubuk dan gula bubuknya tetap sama. Jika memakai pewarna, Helen selalu menggunakan pewarna bubuk. Jika Helen bermain main dengan kacang kacangan dari jenis lain, ia memakai 50% dari berat total almond bubuk untuk variasi jenis kacang lain, dan tetap menggunakan almond untuk yang 50%nya. Alasan Helen adalah almond adalah jenis kacang kacangan yang tidak “oily” atau memproduksi banyak minyak yang mempengaruhi proses pencampuran/pengadukan dengan putih telur yang sudah dikocok kaku.

Dari berkelana dunia maya, aku menyimpulkan bahwa shell macaroon tidak mempunyai “rasa” yang berbeda, namun fillingnya lah yang membedakan dan memberinya rasa khusus. Namun kemudian hal ini berkembang dari kreatifitas para bakers yang mulai mengutak atik resep yang memancing keluarnya ide ide baru.

Kuputuskan untuk percobaan awal dengan menggunakan resep standard tanpa tambahan rasa dan warna. Sudah 3 hari usia putih telur yang kupisahkan, entah mengapa tidak juga terbuat! Arghhhh! Akhirnya dengan gedubrakan aku mengeksekusi putih telur yang sudah berusia 3 hari itu.

Walaupun ada literatur yang mengatakan bahwa aging putih telur tidak memberi efek yang significant, namun kembali berpegang pada Helen Tarlette aku melakukan proses aging ini. Sayangnya, aku gak bisa banyak memfoto karena yah aku dag dig dug derr dengan proses pembuatannya sendiri. Dan aku pikir, aku akan membuat macaroon lagi di percobaan berikutnya, sebelum laporan yang sebenarnya.

Apa yang terjadi ??? Aku hampir melanggar semua teori yang aku baca! Jederrrr!
Aku sama sekali tidak menghitung jumlah strokenya, namun lebih mengamati konsistensi adonan. Aku bahkan lupa untuk menyaring campuran almond bubuk dan gula bubuk yang sudah aku proses dengan food processor! OOooopsssss!! Aku tidak melakukan tes konsistensi adonan, namun langsung menspuitnya di loyang. Aku hanya mengistirahatkan adonan yang sudah di spuit selama 30 menit saja! Sepertiga adonan, aku tambahkan matcha bubuk.

Macaroon Process

Aku memakai silpat dan tidak mengolesnya dengan butter atau apapun. Matcha macaroon aku proses diakhir batch, dan jumlah adukan yang lebih membuat adonan matcha macaroon lebih mbeleber, namun dari segi taste aku suka!!!, my fav for sure! dan, habis sebelum difoto ! Yaikssssss!

Saat kulihat kaki yang mulai nampak, hatiku kebat kebit gak keruan, Oh I did it I did it !! dengan semua kekurangan yang kulihat, setidaknya aku lebih percaya diri untuk mencoba lagi!! Lesson learnnya adalah di percobaan berikutnya, aku akan menambah jumlah adukan dan melakukan test konsistensi sebelum mencetak, dan mengistirahatkan lebih lama dan memastikan bahwa permukaan adonan sudah mengering saat masuk oven! Kemudian aku mau coba dengan pewarna cair dst dst…

Dibeberapa keping macaroon aku menaburkan bubuk kopi instant di permukaannya begitu selesai menspuit. Dan membiarkan yang lain putih polos *karena bingung dan gak punya konsep* sambil membayangkan betapa “plain”nya penampakan macaroonku. Sambil dengan agak ragu membayangkan untuk membuat filling mocca dari choco ganache dan menambahkan air kopi serta cofee noir sebagai fillingnya.

Mocca Filling

200 gr Dark Cooking Chocolate
100 ml susu UHT
50 gr whipped cream bubuk
1 sdt kopi instant
1 sdt coffee noir essence


Filling aku buat dua hari kemudian, dan menyimpan macaroon shell di wadah kedap udara. Saat hendak memberi isian, macaroon shell aku oven ulang sekitar 4 menit.
Entah mengapa aku iseng mencoba membuat ganache bukan dari whipped cream, tapi susu UHT. Karena nggak konsen atau lier, perbandingan susu dan chocolatenya terbalik ! Astaga!!!! sehingga menjadi 2 untuk susu, dan 1 untuk dark cooking chocolatenya! Akhirnya untuk P3K, aku terpaksa menambahkan jumlah coklat bloknya, sayangnya aku cuman punya sebanyak yang aku buat diawal lebih sedikit, akhirnya end up dengan komposisi 1:1 plus dikitt

Putus asa aku melihat jumlah adonan filling yang banyak itu, dan tiba tiba “cringgg” aku jadi ingat penampakan Macaroon Helen yang ini yang pernah kubaca ia hanya menyapukan air kopi yang jelas konsistensinya lebih cair dari “mocca ganache” kecelakaanku. Dan untuk kamuflase “titik” yang menggunung di tengah macaroon gara-gara masih terlalu kental adonan sudah aku spuit, maka muncullah ide membuat lukisan bunga dengan putik sari menonjol xixixixi…

Grooming...
Not bad for the beginner *narsis.com*

Aku mau buat lagi, dengan lebih PD !

Tapi ternyata oh ternyata, hingga 2 minggu berlalu, aku tidak kesampaian untuk membuatnya lagi 😦
Akhirnya kuputuskan untuk mengirimkan laporan dengan praktikum ini ke ibu host Ezy …walaupun sedikit menyesal krn belum sempat bikin lagi yang kakinya lebih keren, yang warnanya cantik, yang isinya menggoda, arghhh yang prosesnya tercapture dengan baik … arghhhh….

Tapi mengingat bahwa macaroon ini tandas tak bersisa oleh triosku, aku pikir, aku cukup puas! Lihat saja ini …

Macaroon's Mania :-D

Wanna some ?? 😉

Cute Macaroon

Kurasa inilah posting terpanjang di blog etjo sampai ini sampai terpaksa reportase kali ini kubuat dalam font ukuran kecil, dan cukup menggambarkan serta membuktikan “gairah” ku sebagai periset *halah*, bakers, fotografer, dan sekaligus penulis …

Macaroon, membuatku bergairah
🙂

Terimakasih KBB untuk tantangan yang super!

Read Full Post »